Senin, 20 April 2015

Kisah Tiur, gadis berhati mulia bangun sekolah gratis buat anak-anak


Kisah Tiur, gadis berhati mulia bangun sekolah gratis buat anak-anak Setiap anak membutuhkan pendidikan untuk menunjang perkembangan dirinya sebagai generasi penerus bangsa. Sayangnya, sistem pendidikan di daerah pelosok Indonesia masih kurang diperhatikan oleh pemerintah, sehingga akademik anak-anak di sana tertinggal jauh dibandingkan dengan anak-anak di daerah maju.

Meski begitu, masih ada masyarakat yang memerhatikan kebutuhan akan pendidikan anak-anak di daerah pelosok tersebut. Adalah Tiur, perempuan berusia 24 tahun membuka sebuah lembaga belajar gratis untuk anak-anak yang tidak mampu di Kemuning Raya, Bantar Gebang, Bekasi Selatan. Didirikan sejak Maret lalu, lembaga belajar ini diberi nama Rumah Belajar Bekasi (RBB) Santa Lusia.

Awalnya, pemilik nama lengkap Tiurma Ida Purba ini sudah menyenangi kegiatan bakti sosial sejak menduduki bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Bahkan saat masih kuliah, Tiur menjadi sukarelawan di lembaga belajar Sahabat Anak Grogol, Jakarta Barat. Dengan berbekal jiwa sosial itulah, Tiur berniat mendirikan lembaga belajar gratis untuk anak-anak kurang mampu.

"Niatnya aku buka RBB itu udah setahun yang lalu tapi baru terealisasikan tanggal 20 Maret kemarin. Di sana ada orang kaya satu-satunya yang jadi juru kunci, dan aku ketemu dia untuk minta izin. Akhirnya aku dibolehin untuk buka RBB di sana," ujar Tiur kepada wartawan merdeka.com, Sabtu (18/4).

Meski baru berjalan selama satu bulan, RBB sudah memiliki pelajar sebanyak 30 anak yang merupakan penduduk asli dari desa tersebut. Jumlah pengajar sukarelawan di sana pun sudah sebanyak 10 orang, dari berbagai agama, seperti Islam, Kristen, Budha, dan Hindu.

Dengan menggunakan ruangan seluas 7x4 meter, para murid bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar setiap hari Minggu pukul 16.00 WIB. Untuk mata pelajarannya sendiri, RBB menyediakan pelajaran menggambar untuk murid TK sampai kelas 0.

Untuk kelas 1 sampai 6, RBB membuka pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Selain itu, Tiur juga membuat daftar nilai, ulangan harian, dan absensi bagi para murid agar RBB ke depannya bisa menjadi sekolah informal bergaya formal. Untuk murid yang berprestasi, Tiur juga memberikan baju atau buku sebagai tanda hadiah.

Untuk menunjang berjalannya RBB, Tiur memberikan kesempatan bagi siapa saja yang ingin menjadi pengajar sukarelawan untuk membantu anak-anak tersebut mendapatkan pendidikan yang layak. Tentunya, para sukarelawan harus memiliki kemurahan hati dan cinta kepada anak-anak, serta memiliki kesabaran dalam mengajar dan memberikan kasih sayang yang tulus.

Bukan hanya itu, Tiur juga membuka peluang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang ingin menyumbang berbagai kebutuhan pokok untuk masyarakat di desa itu. Namun Tiur lebih menginginkan para donatur memberikan barang-barang daripada uang, seperti baju, buku, dan alat tulis.

Jika ada yang ingin memberikan uang, maka para donatur bisa datang langsung ke lokasi RBB. Sementara itu, untuk menutupi kebutuhan materi, Tiur rela menggunakan uangnya untuk membeli makanan atau kebutuhan lain. Bukan hanya itu, rumahnya di Perum Bojong Menteng, Bantar Gebang dijadikan sebagai sekretariat dan perpustakaan RBB.

"Di web RBB aku enggak cantumin nomor rekening karena aku ingin para donatur yang ingin memberikan uang bisa datang ke RBB supaya mereka bisa lihat langsung seperti apa kondisi mereka. Sehingga masyarakat bisa tahu masih banyak orang kurang mampu yang membutuhkan bantuan," jelas gadis kelahiran 31 agustus 1990.

Rencananya, Tiur juga akan membangun sekolah di Desa Cariu, Bekasi, untuk anak-anak kurang mampu. Dengan menggunakan sebidang tanah seluas 1.700 meter miliknya, Tiur berniat membantu anak petani dan peternak di sana untuk memenuhi kebutuhan akademiknya.

"Di sana masih terpencil banget daerahnya. Sekolah juga cuma ada satu dan itu pun negeri. Jadi aku berniat bangun sekolah di sana. Untuk bayarannya, para orangtua bisa memberi sedikit hasil panen mereka, yang nantinya akan aku jual untuk memenuhi kebutuhan di sekolah itu," ungkap Tiur.

Selain mendirikan RBB, Tiur yang saat ini bekerja di sebuah Production House di Cikarang dan pengajar balet, tetap melakukan kegiatan bakti sosial kepada para pengemis dan pengamen di jalan setiap dua bulan sekali.

Melalui situs web www.rumahbelajarbekasi.com, Tiur mengajak siapa saja yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai profil dan kegiatan belajar mengajar di RBB. Dengan motto 'kami ada untuk mereka', RBB mencoba merangkul anak-anak untuk membantu mereka menggapai cita-cita.
[dan]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar